Bagaimanapengarang mengembangkan tokoh dan watak tokoh? Bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang? Apakah kalimat-kalimatnya memiliki keunikan dan kekuatan untuk membangun cerita? Tokoh mana yang paling kamu sukai dan mengapa? Lihat bahan bacaan: Menelaah Unsur Buku dan Membuat Komentar.

LKCB LNI^COV HVT LL]^ LNLBLO HI LNIENCVKI ]OCOBI KX]NIJNTXOI, V_TX-V_TX, J_ DBV HI OHOGL Hosusui Gcnb5 Lub`ll`h Nijj` V`putr`4==884==00 Hgsni ]nij`lpu 5 hr. Iuruc`ioijsob L.]h]TGJTL VX^HO ]NIHOHOKI DBV HI VVXT OIHGINVOAK^CXV KNJ^T^I & OCL^ ]NIHOHOKI^IOQNTVOXV XTOHOIIXO]CNLDIJ4=4= DD O]NIHB^C^I.C`t`r Dnc`k`ij ]ocob`i k`t` `t`u hokso hojui`k`i pnij`r`ij uituk lnlocob k`t` y`ij tnp`tuituk lnifopt`k`i l`ki` tnrtnitu h`c`l k`ry` s`str`. Hnij`i hokso otuc`b pnij`r`ij h`p`t lniyusui k`t` hnlo k`t` h`c`l tucos`iiy`. Hokso euj` hojui`k`iuituk lniy`lp`ok`i su`tu j`j`s`i h`ro pnij`r`ij. ^ijk`p`i k`t` y`ij hotucosb`rusc`b hop`b`lo gcnb pnld`f` hnij`i tnp`t. ^ituk otuc`b, sngr`ij pniucos b`rus dos` lnlocob hokso y`ij tnp`t uituk tucos`iiy`. Vnc`oi otu pocob`i k`t` lnrup`k`is`tu uisur y`ij s`ij`t pnitoij, d`ok h`c`l huio` k`r`ij lnij`r`ij l`upui h`c`lhuio` tutur snto`p b`ro. H`s`r pnijjui``i d`b`s` h`c`l k`ry` s`str` duk`i b`iy` snknh`r p`b`l,tnt`po y`ij cndob pnitoij `h`c`b kndnrh`y``i pocob`i k`t` y`ij h`p`t lnijusok h`ilnioijj`ck`i kns`i tnrb`h`p snisotovot`s pnld`f`. Vnto`p k`t` y`ij hopocob gcnb pnij`r`ij h`p`t ho`sgso`sok`i kn h`c`l dnrd`j`o pnijnrto`i. Los`ciy` k`t` `yu, d`jus, `pok, ncgk, lnlocoko hnigt`so `t`u `rto y`ij s`l`, tnt`po kns`i k`t`-k`t` oioho`r`bk`i p`h` snisotovot`s y`ij dnrdnh`. Vnto`p k`t` h`i k`col`t y`ij hopocob p`h`ululiy` hoc`kuk`i `t`s kns`h`r`i uituk lniolduck`i nank knoih`b` d`b`s` euj` hojui`k`i gcnb pnij`r`ij uituk lnlpnroih`b tucos`iiy`.]nij`r`ij dnrus`b` uituk lni`ld`bk`i sndu`b j`y` d`b`s` ho h`c`liy`.]nijjui``i j`y` d`b`s` `t`u d`b`s` ko`s h`c`l k`ry` s`str` hol`ksuhk`i uituk lnlpnrgcnb nank nstntos `t`u knoih`b`i snboijj` pnld`f` `k`i cndob tnrt`rok.]nijjui``i d`b`s` ko`s hoc`kuk`i snd`j`o su`tu f`r` uituk lniolduck`i nank tnrtnitu, snboijj` pninrol` pns`i cndob tnrt`rok. ]`h` h`s`riy` h`c`l k`ry` s`str`, j`y` d`b`s` lnlnj`ij pnr`i`i d`b`s` h`i pniucos`i lnrup`k`i s`c`b s`tu uisur y`ij lni`rok h`c`l sndu`b d`f``i. K`rni` otu, pnij`r`ij lnlocoko j`y` y`ij dnrdnh`-dnh` h`c`llniu`ijk`i snto`p ohn tucos`iiy`. Vnto`p tucos`i y`ij hob`sock`i i`itoiy`lnlpuiy`o j`y` y`ij hopnij`rubo gcnb pniucosiy`, snboijj` h`p`t hok`t`k`i,w`t`k sngr`ij pniucos s`ij`t lnlpnij`rubo sndu`b k`ry` y`ij hob`sock`iiy`. 0 L`s`c`b Tulus`i l`s`c`b h`c`l pnldu`t`i l`k`c`b oio y`otu50.p`k`b pnijnrto`i, sy`r`t-sy`r`t kntnp`t`i, h`i enios-enios pocob`i k`t`74.p`k`b pnijnrto`i, sy`r`t-sy`r`t, h`i enios-enios j`y` d`b`s`76.p`k`b pnijnrto`i h`i dnituk-dnituk ohogl7 ]niucos`i L`k`c`b Xueu`i h`c`l pniucos`i l`k`c`b oio y`otu, 0.^ituk lnienc`sk`i pnijnrto`i, sy`r`t-sy`r`t kntnp`t`i, sy`r`t-sy`r`t knsnsu`o`i, h`i enios-enios pocob`i k`t`.4.^ituk lnienc`sk`i pnijnrto`i, sy`r`t-sy`r`t, h`i enios-enios j`y` d`b`s`.6.^ituk lnienc`sk`i pnijnrto`i h`i dnituk-dnituk ohogl. ]niucos`i L`k`c`b h`pui l`ia``t h`ro pniucos`i l`k`c`b oio `h`c`b55 0. ^ituk lni`ld`b oclu pnijnt`bu`i tnit`ij d`j`ol`i` t`t` f`r` h`c`l pniyusui`i/pnldu`t`i sndu`b l`k`c`b y`ij d`ok h`i dni`r. 4. Vnd`j`o lghuc pnldnc`e`r`i d`jo l`b`sosw`/o `j`r dos` lnl`b`lo h`i lnienc`sk`i lnijni`o pocob`i k`t`. 4
Gayaitu mencakupi pilihan kata, struktur kalimat, penggunaan majas, tipografi karya, bahkan ilustrasi yang digunakan oleh pengarang tersebut. Bagaimana kemampuan seorang pengarang meramu aspek-aspek tersebut menjadi sebuah tulisan yang apik dapat menunjukkan ciri khas pengarang itu. Tentumasing-masing pengarang memiliki gaya bahasa yang khas
Salinan kalimat, paragraf, atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan orang terkenal karena keahliannya, baik yang terdapat dalam buku, jurnal, media cetak maupun elektronik. Definisi di atas merupakan definisi... Jawabanparagraf 1 Penjelasangagasan pokok maupun elektronik media cetak seorang pengarang baik yang terdapat dalam buku,jurnal,media cetaksemoga membantu
\n\n\n\n \n\n \n bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang
Bisadari pilihan kata yang digunakan dan tulisan tangan yang bagus. Jika ditulis tangan, tulisan harus rapi, bersih, dan mudah dibaca. Berikut kumpulan ⭐ contoh surat lamaran kerja untuk berpengalaman, fresh graduate, hingga magang. Contoh surat lamaran kerja fresh graduate; Bagaimana membuat surat lamaran kerja tulis tangan dalam bahasa
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 GAYA PENGARANG DALAM MENYAMPAIKAN LOKALITAS JAWA STILISTIKA CERPEN-CERPEN KARYA GUNAWAN TRI ATDMOJO Riswanda Himawan, Else Liliani, Suminto A. Sayuti Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Jl. Colombo Yogyakarta No. 1, Karang Malang, Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. ABSTRAK Gaya kata dan gaya kalimat merupakan unsur penting dalam sebuah karya sastra khususnya cerpen. Penggunaan gaya kata dan gaya kalimat dalam karya sastra membuat pembaca memahami maksud dan tujuan penggarang dalam menulis karya sastra. Selain itu penggunaan diksi dan gaya kalimat digunakan agar pembaca mampu memahami unsur-unsur berkaitan dengan ciri khas penggarang. Terlebih dalam menggunakan aspek lokalitas dalam menulis cerita pendek. Selaras dengan pernyataan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk gaya kata dan gaya kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan lokalitas Jawa pada cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo. Serta mendeskripsikan gaya kata dan gaya kalimat dalam menyampaikan aspek lokalitas Jawa yang dominan digunakan dalam cerpen cerpen karya Gunawan Triadtmojo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan berupa teknik refrensial. Refrensi yang digunakan yaitu pendapat para ahli, serta penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca dan catat. Penelitian ini menghasilkan data tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kata yang dominan digunakan oleh penggarang dalam menulis cerpen adalah gaya kata kolokial. Sedangkan gaya kalimat yang dominan digunakan adalah kalimat deklaratif. KATA KUNCI Leksikal; Gramatikal; Lokalitas Jawa; Cerpen; Gunawan Tri Atdmojo The Author's Style In Delivering Java Locality Stilistics Of Short Stories By Gunawan Tri Atdmojo. ABSTRACT Word style and sentence style are important elements in a literary work, especially short stories. The use of word style and sentence style in literary works makes the reader understand the intent and purpose of the author in writing literary works. In addition, the use of diction and sentence style is used so that the reader is able to understand the elements related to the characteristics of the author. Especially in using the locality aspect in writing short stories. In line with this statement, this study aims to describe the form of word style and sentence style used by the author in conveying Javanese locality in the short stories by Gunawan Tri Atdmojo. As well as describing the style of words and sentence styles in conveying aspects of Javanese locality which are dominantly used in short stories by Gunawan Triadtmojo. The method used in this research is a descriptive qualitative method. The data analysis technique used is a referential technique. The references used are the opinions of experts, as well as research relevant to this research. Data collection techniques used reading and note-taking techniques. This research produces written data. The results showed that the dominant style of words used by the author in writing short stories was colloquial. While the dominant sentence style used is declarative sentence. KEYWORDS Lexical; Grammatical; Java Locality; Short story; Gunawan Tri Atdmojo Pustaka Himawan, R., & Liliani, E. 2022. GAYA PENGARANG DALAM MENYAMPAIKAN LOKALITAS JAWA STILISTIKA CERPEN-CERPEN KARYA GUNAWAN TRI ATDMOJO. Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 182, 251-260. doi Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 PENDAHULUAN Tiga genre utama terdapat dan dikenal dalam karya sastra, ketiga genre tersebut adalah prosa, puisi, dan drama. Walaupun pada praktiknya, kajian stilistika lebih sering dibatasi, digunakan, dan dikhususkan dengan karya sastra berupa puisi, tidak menutup kemungkinan, bahwa stilistika juga terdapat dalam karya sastra yang lain seperti cerpen. Hal tersebut, terjadi karena seluruh karya sastra memiliki keindahan tersendiri, dalam penggunaan bahasanya Lafamane, 2020. Keindahan tersebut, sangat berkaitan erat dengan seni, pendapat tersebut selaras dengan pendapat Pradopo Prastica & Wulandari, 2020 yang menyatakan bahwa kemahiran sastrawan dalam mengolah stilistika dapat menentukan kepiawaian estetikanya. Stilistika sebagai bentuk ilmu yang mempelajarai tentang bahasa di dalam karya sastra, memiliki peran yang sangat penting, untuk menyampaikan apa yang menjadi tujuan dari karya sastra, karena pada dasarnya dalam studi kesusastraan, stilistika difungsikan untuk memberi makna pada sebuah karya sastra. Stilistika bertujuan untuk menerangkan sesuatu yang ada dalam dunia sastra ke dalam dunia bahasa sehingga memeroleh fungsi keindahan Leech & Short dalam Nurgiyantoro, 2014. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa stilistika merupakan ilmu yang bertujuan untuk memberikan pengertian berkaitan dengan keindahan bahasa dalam suatu karya sastra. Stilistika merupakan sebuah proses untuk menganalisis suatu karya sastra yang menjadikan unsur bahasa, sebagai kajiannya sehingga dapat melihat bagaimana peran sastra, dalam bahasa Wulandari dkk., 2021.. Berdasarkan pendapattersebut, dapat diketahui bahwa stilistika merupakan sebuah Langkah, untuk mengkaji karya sastra yang di dalamnya memberikan fokus bahasa sebagai objek kajiannya. Stilistika berfungsi untuk mengungkapkan penggunaan kata atau bahasa dalam kalimat, kepada para penikmat karya sastra atau pembaca. Selain itu, stilistika sebagai ilmu yang mempelajarai tentang gaya bahasa sangat berperan untuk memahami makna dan unsur keindahan estetik dalam karya sastra Christine Resnitriwati, 2016. Stilistika lebih berurusan dengan ketepatan penggunaan bentuk-bentuk kebahasaan dalam wacana konteks tertentu Nurgiyantoro, 2014. Turner dalam Prastica & Wulandari, 2020 berpendapat bahwa stilistika tidak hanya melakukan studi bahasa dalam karya sastra saja namun juga merupakan studi gaya bahasa pada umumnya, walupun secara penuh memang stilistika sangat melakukan perhatian khusus pada bahasa kesusateraan. Semi 1993 menyatakan bahwa dalam analisis stilistika, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya unsur yang ditentukan harus mencakup unsur keseluruhan karya sastra, selain itu analisis structural dengan kajian bahasa yang lebih dalam harus dilakukan sampai pada penjelasan makna serta difokuskan pada corak individu penggarang karya sastra tersebut. Dalam mengkaji, gaya kata dan gaya kalimat yang sangat berkaitan dengan unsur lokalitas Jawa, pada cerpen-cerpen Gunawan Tri atdmojo, penelitan ini menggunakan teori stilistika menurut Burhan Nurgiyantoro. Nurgiyantoro 2014, menyatakan bahwa dalam kajian stilistika terdapat beberapa hal yang dapat dikaji, diantaranya aspek leksikal dan aspek gramatikal gaya kata dan gaya kalimat. Gaya kata atau diksi Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata yang dipilih oleh pengarang dalam karyanya untuk menciptakan efek dari suatu makna Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 tertentu, Sama hal nya dengan diksi, unsur leksikal merupakan unsur yang mengacu pada penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih oleh pengarang untuk mencapai tujuan tertentu Nurgiyantoro, 2014 172. Aspek leksikal dalam suatu cerpen dapat berupa bahasa kolokial, penggunaan bahasa lain bahasa daerah maupun bahasa asing, kata-kata yang menyimpang, dan lain-lain Lafamane, 2020. Kolokial merupakan bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, bahasa percakapan, dan bukan berupa bahasa tulis Chaer & Agustina dalam Lafamane, 2020 Gaya kalimat merupakan style atau gaya yang digunakan pengarang dalam menyusun kalimat-kalimat dalam sebuah karya sastra Prastica & Wulandari, 2020. Gaya kalimat digunakan penggarang untuk memeroleh unsur tertentu. Mengenai gramatikal Gaya Kalimat Nurgiyantoro 2014 menyatakan bahwa kajian leksikal gaya kalimat yang ada dalam karya sastra, dapat dilakukan dengan menentukan jenis kalimat, jenis kalimat tersebut dapat berupa; kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, kalimat minor, kalimat langsung dan tidak langsung. Salah satu hal menarik, yang terdapat dalam cerpen dan dapat dikaji melalui pendekatan stilistika, adalah penggunaan diksi maupun kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan ciri khas penggarang tersebut. Ciri khas tersebut dapat berupa budaya dan aspek lokalitas yang dimiliki penggarang. Lokalitas merupakan suatu hal, yang berkaitan erat dengan aspek sosiologi penggarang, sehingga karya sastra yang dihasilkan memiliki ciri khas tertentu, dan cirikhas tersebut terlihat melalui lokalitas yang digunakan penggarang dalam karya sastra Anggarista dkk., 2021. Berkaitan dengan analisis gaya kata dan gaya kalimat dalam suatu karya sastra dalam menyampaikan beragam aspek lokalitas. Penelitian yang relvan dan lebih dahulu dilakukan oleh Nurgiyantoro, 2014 dengan penelitiannya yang berjudul Penggunaan Ungkapan Jawa Dalam Kumpulan Puisi Tirta Kamandanu Karya Linus Suryadi Pendekatan Stilistika Kultural persamaan penelitian yaitu sama-sama menganalisis mengenai gaya kata dalam sebuah karya sastra, melalui pendekatan stilistika yang berkaitan dengan lokalitas Jawa. Perbedaanya, jika dalam penelitian Nurgiyantoro mengkaji mengenai kumpulan puisi karya Linus Suryadi, penelitian ini mengkaji mengenai cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo. Kedua, penelitian yang relvan dan lebih dahulu dilakukan oleh Prastica & Wulandari, 2020 dengan penelitiannya yang berjudul Diksi dan Gaya Kalimat Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sama-sama mengkaji mengenai gaya kata dan gaya kalimat yang ada dalam karya sastra, perbedaannya, bahwa penelitian yang dilakukan oleh Prastica & Wulandari, 2020 dengan mengkaji karya sastra berbentuk novel serta gaya kata dan kalimat secara umum yang terdapat dalam karya sastra. Penelitian ini mengkaji mengenai cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo, berkaitan dengan gaya kata dan gaya kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan lokalitas Jawa. Ketiga, penelitian yang relevan dan lebih dahulu dilakukan oleh Wulandari dkk., 2021.. Dengan penelitiannya yang berjudul, Warna Budaya Jawa Dalam Cerpen “Macan Lapar” Karya Danarto Analisis Gaya Kalimat Dan Wacana Sebagai Pendekatan Stilistika. Penelitian yang dilakukan oleh Yosi Wulandari dan Muhammad Alfian Hermawan ini, Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 mengkaji mengenai gaya kalimat yang berhubungan dengan Budaya Jawa, dalam Cerpen Macan Lapar, Karya Danarto. Perbedaan, dengan penelitian ini, jika dalam penelitian Yosi Wulandari mengkaji mengenai penggunaan gaya kalimat dan wacana yang berhubungan dengan budaya Jawa dalam Cerpen Macan Lapar, Karya Danarto. Penelitian ini, mengkaji gaya kata dan gaya kalimat yang berhubungan dengan lokalitas Jawa, dalam cerpen-cerpen Gunawan Tri Atdmojo. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis gaya kata dan gaya kalimat yang digunakan Gunawan Tri Atdmojo dalam menyampaikan lokalitas Jawa. Lokalitas Jawa yang dimaksud adalah beberapa hal yang berkaitan dengan lokalitas Jawa, karena pada dasarnya, cerpen-cerpen Gunawan Triatdmojo sangat dekat kehadirannya dengan unsur lokalitas, khususnya lokalitas Jawa. Kebaruan yang dapat ditemukan dalam penelitian ini, yaitu kajian mengenai penggunaan gaya kata dan gaya kalimat, yang digunakan penggarang dalam menyampaikan unsur lokalitas. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis, terhadap berbagai macam sumber, banyak ditemukan penelitian yang relevan, namun yang berkait dengan analisis gaya kata dan gaya penggarang yang digunakan penggarang dalam menyampaikan unsur lokalitas, masih kurang dilakukan. Maka dari itu, penelitian ini mencoba memenuhi kebutuhan penelitian sehingga memunculkan penelitian yang releevan setelah dilakukannya penelitian ini. METODE Penelitian ini, termasuk ke dalam penelitian deskriptif kualitatif. Sugiyono menjelaskan bahwa metode deskriptif kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan dalam rangka menemukan suatu jawaban berkaitan dengan proses penelitian, terhadap subjek penelitian yang sedang dilakukan Sugiyono, 2013 Metode pengumpulan data dilakukan dengan pembacaan cerpen, setelah pembacaan cerpen, dilanjutkan dengan teknik simak, sadap, dan catat. Teknik analisis data yang dilakukan yakni dengan pembacaan cerpen, penandaan kata yang berkaitan erat dengan aspek stilistika dan berkaitan dengan penyampaian lokalitas Jawa, pencatatan data, mengklasifikasikan data, setelah itu data-data yang terkumpul disesuaikan dan dianalisis kembali, dengan pendapat ahli dan juga beberapa penelitian yang relevan berkaitan dengan gaya kata dan gaya kalimat dalam aspek stilistika. Selaras dengan pernyataan tersebut, Nurgiyantoro 2014, hlm. 172 menyatakan bahwa, Langkah kajian leksikal dan gramatikal gaya kata dan gaya kalimat yang harus dilakukan dalam kajian stilistika adalah sebagai berikut 1 menentukan tujuan kajian, tujuan kajian dalam penelitian ini adalah mengkaji mengenai gaya kata dan kalimat yang digunakan penggarang dalam cerpen, 2 mengidentifikasi unsur leksikal dan gramatikal yang terdapat dalam fiksi, menentukan aspek leksikal dan gramatikal yang akan dikaji. 3 Menyajikan data hasil kajian, berkaitan dengan hasil telaah leksikal dan gramatikal, dan 4 menjelaskan dan menafsirkan peran dan fungsi dari unsur leksikal dan gramatikal yang terdapat cerita. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan memilih beberapa gaya kata dan kalimat yang sangat berkaitan dengan pengungkapan lokalitas Jawa dalam cerpen-cerpen yang dikaji. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro 2014, hlm. 182 yang menyatakan bahwa Dasar pengambilan sampel dalam suatu kajian kebahasaan dan kesastraan adalah purposive sampling. Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 Pengambilan sampel dengan cara ini berarti bahwa pemilihan sampel dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Terdapat 5 cerpen Karya Gunawan Tri Atdmojo dipublikasikan pada laman yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini. Cerpen-cerpen tersebut, adalah; 1 Bukan Kawan terbit 30 Oktober 2015, 2 Yang Gugur di Kios Cukur terbitan 30 November 2018, 3 Kelab Kebatinan di Pringgolayan, terbitan 20 Oktober 2017 4 Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang terbitan 23 September 2016, 5 Presisi di Kamar Ganti terbitan 8 April 2016, Penelitian ini tidak hanya berhenti pada proses analisis data, namun, data yang dikumpulkan nantinya juga akan disimpulkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gaya Kata Pengarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen-Cerpen Gunawan Tri Atdmojo. Gunawan lahir di Surakarta, 1 Mei 1982 dengan nama lengkap Gunawan Tri Atomdjo. Gunawan merupakan Alumnus Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Surakarta, Program Studi Sastra Indonesia. Beliau merupakan salah satu sastrawan ternama berkebangsaan Indonesia yang dikenal dan sangat popular dikalangan masyarakat bangsa Indonesia. Karya sastra berupa cerpen yang Beliau tulis, banyak dipublikasikan pada sejumlah media massa dan jurnal kebudayaan ternama seperti Horison, Jawa Pos, Media Indonesia, Suara Merdeka, Majalah Esquire, Majalah Basis, Majalah Kartini, dan lain-lain. Pada beberapa media ternama seperti menyebut Gunawan sebagai sastrawan jenaka karena kreatifitasnya yang sukses melawakkan sastra. Di tangannya, sastra yang terkesan berat dicerna dengan kata-kata tinggi dan mendayu-dayu namun asing didengar menjadi sebuah karya sastra yang ringan, mudah dan mengancam pembacanya untuk tertawa tanpa menjadikan tulisan-tulisanya sekedar cerita humor saja, namun terdapat beberapa makna yang dapat diambil dan ditiru oleh pembaca sebagai bekal dalam berkehidupan. Di sisi lain, unsur lokalitas yang terdapat dalam setiap karya sastra khususnya cerpen sangat erat kaitannya dengan penggunaan bahasa Jawa. Hal ini terjadi, karena Gunawan Tri Atdmojo merupakan seseorang yang berasal dari suku Jawa, sehingga dalam setiap karya, Gunawan Tri Atdmojo selalu menyisipkan lokalitas Jawa baik berupa bahasa, perilaku, kebiasaan masyarakat Jawa dalam setiap karyanya. Unsur lokalitas, berkaitan dengan gaya dalam menyampaikan sangat menarik minat pembaca untuk membaca karya sastra khususnya cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo. Berikutnya, akan diuraikan pembahasan berkiatan dengan hasil kajian mengenai gaya kata dan gaya kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan lokalitas Jawa pada cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo. Pembahasan, berkaitan dengan hal tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut. Aspek leksikal dalam suatu cerpen dapat berupa bahasa kolokial, penggunaan bahasa menyimpang, penggunaan bahasa lain dalam hal ini bisa berupa bahasa daerah maupun bahasa asing, penggunaan kata non formal, dialek, kata benda, kata kerja, kata sifat dan sebagainya. Hasil analisis berkaitan Gaya Leksikal Gaya kata yang terdapat dalam 5 cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo dapat diuraikan melalui tabel di bawah. Tabel 1. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Bukan Kawan karya Gunawan Tri Atdmojo Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 Gaya Kata Kolokial Gaya Kata Kerja Tabel 2. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Yang Gugur di Kios Cukur karya Gunawan Tri Atdmojo Kata Sederhana Kata Menyimpang Kata Ungkapan Kata Kerja Tabel 3. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan karya Gunawan Tri Atdmojo Kata Kolokial Kata Menyimpang Kata Ungkapan Kata Sederhana Tabel 4. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang karya Gunawan Tri Atdmojo Kata Kerja Kata Tugas Kata Ungkapan Tabel 5. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Persisi di Kamar Ganti karya Gunawan Tri Atdmojo Kata Tugas Kata Kolokial Kata Ungkapan Kata Sederhana Kata Kolokial Kata kolokial merupakan kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata kolokial ditemukan dalam cerpen Bukan Kawan, Kelab Kebatinan di Pringgolayan, dan Persisi di Kamar Ganti. Contoh temuan kata kolokial, akan diuraikan melalui penggalan teks pada Cerpen Bukan Kawan di bawah ini. Kemeleratan juga menjadikan Kami, kian dekat Gunawan, 2015 Kemelaratan dalam konteks masyarakat Jawa, dapat diartikan sebagai kemiskinan. Kata melarat biasa digunakan oleh masyarakat untuk menggantikan kata miskin. Kata tersebut, merupakan kata yang seringa tau dijumpai dalam konteks kehidupan masyarakat Jawa, masayarakat biasanya menggunakan kata tersebut dalam percakapan sehari-hari, kata tersebut sering digunakan dalam percakapan antara orang yang lebih tua dengan yang lebih muda, atau berusia sebaya. Kata Kerja Kata kerja merupakan kata yang memiliki makna memberikan saran pada suatu pernyataan, tindakan atau peristiwa yang lain. Berdasarkan hasil analisis, kata kerja dalam cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo, ditemukan dalam cerpen “Bukan Kawan” berikut penjelasannya. “Didik yang melihat punting rokok itu segera mengambilnya, lalu menyulutnya dengan korek gas keramatnya” Gunawan Tri, 2015 Keramat dalam konteks kehidupan masyarakat Jawa, dapat diartikan sebagai benda yang dapat menghasilkan sesuatu dan sangat berkaitan erat dengan hal ghaib. Kata keramatnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI berarti memberikan efek magis, dan menghasilkan sesuatu di luar kemampuan manusia, maksudnya, korek api dapat menghasilkan sesuatu, yang tak mungkin dapat dihasilkan oleh manusia, sesuatu tersebut adalah api. Kata kerja tersebut, memberikan pernyataan bahwa korek gas yang dibawa oleh Didik, merupakan suatu hal yang Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 dianggap keramat. Keramat dalam artian sering dibawa dan bisa mengeluarkan sesuatu hal yang tidak bisa dikeluarkan oleh manusia, yaitu api. Kata Menyimpang Kata menyimpang dapat diartikan sebagai kata yang menyimpang dari struktur kaidah bahasa baku. Misalnya penghilangan afiks, kata bentukan baru, penghilangan makna dan sebagainya. Kata menyimpang dalam penelitian ini, ditemukan dalam cerpen Yang Gugur di Kios Cukur dan Kelab Kebatinan di Pringgolayan. Uraian mengenai hal demikian, dapat dilihat melalui penggalan teks yang ada dalam Cerpen Yang Gugur di Kios Cukur. Maka, mulas-mulas dan mencret-mencret menjadi ketetpan yang terberi. Itulah kenapa Rawon di warung itu disebut sebagai rawon Jahanam. Muasalnya tidak jauh dari sifat serakah penggunjungnya. Gunawan, 2018 Kata terberi dalam kutipan teks di atas, merupakan kata yang dianggap menyimpang, dari struktur kebakuan kata. Hal yang sama terjadi pada kata muasalnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, V kata terberi dianggap tidak baku, dan kata muasalnya merupakan bentuk tidak baku dari kata asal. Kata tersebut seharusnya, diganti dengan kata beri yang diberi imbuhan di di depan kata, sehingga menjadi diberi. Kata muasalnya, sebaiknya diganti dengan kata asalnya, sehingga makna kata dapat terlihat baku dan jelas. Makna dari kata-kata yang digunakan penggarang dalam penggalan teks di atas, yaitu memberikan pernyataan terhadap sebuah warung makan yang menjual makanan khas Jawa Timur, yaitu Rawon. Warung tersebut, diceritakan sebagai warung yang sangat ramai penggunjung, sehingga penggunjung sampai tidak bisa membatasi prosi makannya, akhirnya banyak penggunjung yang sakit perut. Kata Ungkapan Kata ungkapan yang dimaksud adalah kata yang berasal dari luar bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, kaa ungkapan yang dominan digunakan adalah kata ungkapan dari Bahasa Jawa. Hal tersbut dapat ditemukan dalam cerpen-cerpen berjudul Yang Gugur di Kios Cukur, Kelab Kebatinan di Pringgolayan, Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang, Presisi di Kamar Ganti. Uraian mengenai hal tersebut, dapat dilihat melalui kutipan cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan, sebagai berikut. Tentu Bung, sesama Asu harus saling bantu Gunawan, 2017 Kata Asu dalam kalimat tersebut, dalam konteks bahasa Jawa dimaknai sebagai kata yang kurang etis untuk digunakan. Asu dalam konteks bahasa Jawa diartikan sebagai anak Anjing. Kata Tugas Kata tugas merupakan kata yang dapat diwujudkan melalui; dan, atau, lalu, kemudian, pada, tentang yang sering dikelompokkan kedalam konjungsi dan preposisi. Kata tugas dalam penelitian ini, ditemukan dalam cerpen yang berjudul Perkara Ngloco Bikin Umur Panjang dan Persisi di Kamar Ganti. Uraian mengenai hal demikian, dapat dilihat melalui penggalan teks yang terdapat dalam cerpen Perkara Ngloco Bikin Umur Panjang, sebagai berikut. Karena tak ada yang lebih setia daripada diriku sendiri, maka aku ngeloco Gunawan 2016 Kata tugas tersebut memberikan makna bahwa, tidak ada yang setia daipada dirinya. Maka dia memilih untuk ngeloco. Ngeloco dalam konteks bahasa Jawa dapat diartikan sebagai kegiatan mastrubasi, yang dilakukan oleh Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 seseorang laki-laki untuk memenuhi hasratnya. Berikutnya, berkaitan dengan aspek gramatikal Gaya Kalimat Nurgiyantoro 2014 menyatakan bahwa kajian leksikal gaya kalimat yang ada dalam karya sastra, dapat dilakukan dengan menentukan jenis kalimat, jenis kalimat tersebut dapat berupa; kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, kalimat minor, kalimat langsung dan tidak langsung. Hasil analisis berkaitan Gaya Gramatikal Gaya kalimat yang terdapat dalam 5 cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo dapat diuraikan melalui tabel di bawah. Tabel 6. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Bukan Kawan karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Deklarataif Kalimat Imperatif Tabel 7. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Yang Gugur di Kios Cukur karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Interogatif Kalimat Minor Tabel 8. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Interogatif Kalimat Langsung Kalimat Imperatif Tabel 9. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Imperatif Kalimat Deklaratif Kalimat Langsung Tabel 10. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Persisi di Kamar Ganti karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Minor Kalimat Deklaratif Kalimat deklaratif Kalimat deklaratif merupakan kalimat yang menyatakan sesuatu. Dalam penelitian ini, kalimat deklaratif dapat ditemukan pada cerpen-cerpen yang berjudul Bukan Kawan, Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang, dan Persisi di Kamar Ganti. Penjelasan mengenai hal demikian, dapat dilihat melalui kutipan cerpen yang ada dalam cerpen Persisi di Kamar Ganti. Kesetiaan telah luruh, terbentur keras tembok Joglo itu Gunawan, 2016 Kalimat deklaratif tersebut, menyatakan bahwa kesetiaan yang dimiliki oleh tokoh dalam cerita telah luruh, karena sudah terbentur keras oleh tembok yang ada di Joglo itu. Kalimat di atas memberikan makna bahwa Joglo sebagai rumah adat Jawa, memiliki tembok atau gebyok yang sangat kuat, sehingga mampu meluruhkan kesetiaan Shakeshpare. Kalimat Imperatif’ Kalimat Imperarif merupakan kalimat yang mengandung makna perintah atau larangan. Kalimat tersebut, dalam penelitian ini ditemukan pada cerpen-cerpen dengan judul Bukan Kawan, Kelab Kebatinan di Pringgolayan, dan Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang. Penjelasan mengenai hal tersebut, dapat dilihat melalui kutipan teks dalam Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 Cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan berikut ini. Baca Ayat Kursi, buat tolak bala Bung. Dengan kenyataan itu, sudah sepantasnya orang Jawa punya peribahasa sendiri ya Bung Gunawan, 2017 Kalimat tersebut memberikan makna perintah untuk membaca Ayat Kursi dalam rangka menolak bala. Hal ini merupakan kebiasaan masayarakat Jawa, dalam menghadapi hal mistis, yaitu dengan membaca Ayat Kursi. Kalimat Interogatif Kalimat interogatif merupakan kalimat yang mengandung makna pertanyaan. Dalam penelitian ini, ditemukan kalimat interogatif pada cerpen dengan judul Yang Gugur di Kios Cukur dan Kelab Kebatinan di Pringgolayan. Hasil analisis, akan diuraikan melalui kutipan cerpen Yang Gugur di Kios Cukur berikut ini. Manjur kan, Minyak Kemirinya Lumayan, lah, Gunawan 2018 Kalimat tersebut memberikan makna, bahwa Agung seorang tokoh dalam cerita, bertanya kepada pelanggan yang dicukur, mengenai kemanjuran minyak kemiri. Minyak kemiri merupakan minyak, yang sering digunakan oleh masyarakat Jawa dalam mempercepat pertumbuhan rambut, seuasi dicukur. Kalimat Minor Kalimat minor merupakan kalimat yang kehilangan fungtornya, misalnya fungtor sebagai kalimat tanya, berita, perintah atau seru. Penjelasan mengenai kalimat tersebut, dapat diuraiakan melalui kutipan cerita berikut Yang Gugur di Kios Cukur sebagai berikut. Tidak apa-apa, anggap saja ini pelarisan dari pelanggan pertama. Buka Rezeki. Berkah ya, Kek Gunawan, 2017 Kalimat tersebut, sebetulnya memiliki makna untuk mensyukuri pemberian orang lain, hal ini sangat terlihat dari aspek kehidupan masyarakat Jawa. Namun, karena tidak terdapat tanda seru, maka kalimat tersebut seakan tidak memiliki makna, karena dianggap kurang. Kalimat Langsung Kalimat langsung merupakan kalimat yang diawali dengan tanda petik “…” kalimat tersebut, dapat ditemukan dalam cerita dengan judul Kelab Kebatinan di Pringgolayan dan Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang. Uraian mengenai hal tersebut, dapat disampaikan melalui kutipan cerita dalam cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan sebagai berikut. “Gamblis trewelu, Bung!” Gunawan, 2017 Kalimat tersebut memberikan makna misuh secara langsung, misuh dalam konteks bahasa Jawa, adalah berkata kasar. Kata kasar tersebut, dilakukan untuk meluapkan emosi. Secara istilah, kalimat tersebut memiliki arti rambut di sekitar dubur hewan trewelu. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa Gaya kata dan Kalimat yang digunakan oleh penggarang, sangat berkaitan dengan lokalitas Jawa si Penggarang, sebagai berikut 1. Hal yang paling menonjol, terlihat pada pilihan kata kolokial, atau yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. 2. Berkaitan dengan gaya kalimat, penggarang sering menggunakan kalimat deklaratif. Hal tersebut, terlihat dari beberapa kalimat dalam menyampaikan mengenai suatu hal. 3. Secara umum, penelitian ini diharapkan mampu memberikan refrensi berkaitan dengan analisis gaya kata dan kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan lokalitas Jawa, di tinjau melalui aspek stilistika. Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 4. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, jalannya proses penelitian. Mulai dari penentuan topik dan pemenuhan kebutuhan refrensi. DAFTAR PUSTAKA Anggarista, R., Sastra, P. J., Pariwisata, B.,Anggarista, R., Bahasa, P., & Keguruan, F. 2021. Lokalitas Jawa Dalam Novel Hati Sinden Karya Dwi Rahyuningsih kepulauan dengan unsur kebudayaan yang sebagai unsur kebudayaan , menjadi zaman , terutama dengan masuknya arus setiap elemen masyarakat . Hal itu. 21, 1–14. Clara Karya Seno Gumira Ajidarma Dalam Kajian Stilistika. Humanika, 191, 35. pada 8/01/2022 pukul WIB Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Edisi V. 2016. diakses pada 20/12/2021 pukul WIB Lafamane, F. 2020. Kajian Stilistika Komponen Kajian Stilistika. OSP Preprints, 43. Mahsun. 2019. Metode Penelitian Bahasa Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Depok Raja Grafindo Persada. Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta Gajah Mada University Press. Nurgiyantoro, B. 2014. Penggunaan Ungkapan Jawa Dalam Kumpulan Puisi Tirta Kamandanu Karya Linus Suryadi Pendekatan Stilistika Kultural. Litera, 132, 201–214. Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Prastica, D., & Wulandari, Y. 2020. Diksi Dan Gaya Kalimat Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye. Pena Literasi, 22, 64. Retno Dwi. 2010. Kajian Stilistika Novel Sirah Karya Suharyana Skripsi. Surakarta Universitas Sebelas Maret. Christine Resnitriwati, . 2016. Semi, A. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung Angkasa. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta. Turner, G. W. 1977. Stylistic. New York Penguin Books Wulandari, Y., & Hermawan, M. A. 2021. Color Of Java Culture In The" Macan Lapar" By Danarto. Gramatika Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan, 91, 14-27. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this NurgiyantoroThis study aims to describe the intensity of the use of Javanese words and idioms inwayang poems. It employed the textual approach. The data sources were wayang poemsunder the subsection of “Lingga dan Yoni” in Tirta Kamandanu 1997, a poetry anthologyby Linus Suryadi. There were 26 poems all of which were studied. The steps includedlinguistic evidence collection, data display, and explanation of esthetic functions. Thestudy concludes that the use of Javanese words and idioms in wayang poems is intensiveenough. They are relevant to the meanings in the poems narrating wayang and supportand strengthen the meanings and existence of the Javanese culture. They also support thefunctions of poetry style beauty, especially the beauty of rhymes and particular atmospherecreation, are accurate in the condensed forms, and serve as fillers for emptiness or justsynonyms. Without knowledge and understanding of the Javanese culture, one will notunderstand the poems as well, thoroughly, and intensively as one who understands theJavanese cultural Stilistika Komponen Kajian StilistikaF LafamaneLafamane, F. 2020. Kajian Stilistika Komponen Kajian Stilistika. OSP Preprints, Penelitian Bahasa TahapanMahsunMahsun. 2019. Metode Penelitian Bahasa Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Depok Raja Grafindo NurgiyantoroNurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Stilistika Novel Sirah Karya Suharyana SkripsiRetno DwiRetno Dwi. 2010. Kajian Stilistika Novel Sirah Karya Suharyana Skripsi. Surakarta Universitas Sebelas Maret. Christine Resnitriwati,. 2016.A SemiSemi, A. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&DSugiyonoSugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta.
Pilihankata dalam puisi disebut dengan diksi, yaitu kata-kata yang dihasilkan dari pemilihan dengan cermat dan sudah dipertimbangkan dari makna, susunan bunyi, dan susunan kata agar berhubungan dengan bait lainnya. Diksi sendiri bisa disebut sebagai pemilihan kata, dan begitupun sebaliknya.
TUGAS BULAN 2 1. Pilihan Kata Diksi 2. Kalimat Efektif 3. Alinea atau Paragraf Nama Erianti Anggraini NPM 12113919 Kelas 3KA17 UNIVERSITAS GUNADARMA PTA 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam suatu kalimat entah itu dalam bentuk lisan atau tulisan, pasti terdapat ungkapan terhadap tanggapan atau objek yang kita lihat atau dengar. Dikenal dengan istilah Diksi, kita bisa membedakan kata umum dan kata khusus sesuai dengan kondisi yang ada. Selain kita memerlukan Diksi dalam pelafalan kalimat, kalimat efektif juga diperlukan dalam kehidupan sehari – hari agar dalam pengaplikasianya tidak menimbulkan kalimat rancu. Tanpa kita sadari, kita sering melakukan kesalahan pada kalimat efektif menjadi tidak efektif lagi. Maka dari itu, diperlukanya kita mempelajari kalimat efektif ini agar kita tidak salah dalam menggunakan kalimat efektif ini. Salah satu syarat kalimat itu menjadi efektif adalah kerangka paragraf yang berurut dan benar. Jika paragraph tidak digunakan dalam membuat suatu kalimat, pasti kalimat itu menjadi tidak relevan. Sebuah paragraf harus memiliki arti atau penjelasan terhadap topic yang sedang dibahas. Rumusan Masalah Bagaimana cara membuat memilih pilihan kata yang tepat agar menjadi kalimat yang efektif dan menyusunya ke dalam sebuah paragraph atau alinea. Tujuan Penulisan 1. Dapat memahami pilihan kata Diksi dalam sebuah kalimat. 2. Dapat mendeteksi kesalahan dalam ketidak efektifan suatu kalimat. 3. Mengetahui apa pentingnya paragraph dalam suatu kalimat dan dapat membuat suatu kalimat sesuai urutan strukrur atau rangka paragraf. BAB II PEMBAHASAN PILIHAN KATA DIKSI Pengertian Diksi Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi. Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi daripada pemilihan kata dan gaya. Wikipedia Diksi Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa. Selain itu juga Diksi, digambarkan dengan kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Atau kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Denotatif dan Konotatif Denotatif Makna Denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Singkatnya, makna Denotatif adalah kata kata yang umum dan tidak menimbulkan efek kiasan. Konotatif Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Dengan kata lain, Konotatif adalah kiasan dari Denotatif yang merujuk pada kalimat atau kata khusus yang professional. Contoh Pemakaian Kata Denotatif dan Konotatif 1. D à Buah Apel itu manis dan lezat. K à Warna merah Buah Apel itu sangat menggoda. Pada makna Denotatif dan Konotatif diatas, terlihat jelas sekali keduanya memiliki makna atau arti yang sama. Bahasa Denotatif dari kalimat di atas adalah manis dan lezat, makna umum yang memang ditujukan untuk sesuatu yang bisa dimakan. Konotatif pada contoh diatas merujuk pada perasaan atas apa yang dia lihat dan dia rasakan ketika melihat buah Apel itu. 2. Perhatikan kalimat berikut ini “Bapak itu banting tulang agar dapat menafkahi keluarganya” Makna Denotatif pada kalimat ini adalah “Banting” dan “Tulang. Maksudnya makna “Banting Tulang” adalah bekerja keras. Maka dari itu, makna banting tulang tersebut adalah makna Konotatif KALIMAT EFEKTIF Pengertian Kalimat Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis. Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut 1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya. 2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis. 3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat. 4. Sistematis dan tidak bertele-tele. Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif a. Kesepadanan Struktur Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu o Memiliki subjek dan predikat yang jelas. Contoh - Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. Tidak efektif - Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour. Efektif Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan Preposisi di depan Subjek. o Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal. Contoh - Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa. Tidak Efektif - Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa. Efektif b. Kepararelan Bentuk Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina. Contoh - Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif. Tidak efektif - Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif. Efektif c. Kehematan Kata Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah o Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk. Contoh àSaya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren. Tidak efektif àSaya tidak suka buah apel dan duren. Efektif o Menghindari kesinoniman dalam kalimat. Contoh à Saya hanya memiliki 3 buah buku saja. Tidak efektif à Saya hanya memiliki 3 buah buku. Efektif o Menghindari penjamakan kata pada kata jamak à Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. Tidak efektif àPara mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. Efektif d. Kecermatan Cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda. Contoh à Guru baru pergi ke ruang guru. Tidak efektif à Guru yang baru pergi ke ruang guru. Efektif e. Ketegasan Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif. o Meletakan kata kunci di awal kalimat. Contoh à Sudah saya baca buku itu. Tidak efektif à Buku itu sudah saya baca. Efektif o Mengurutkan kata secara bertahap. Contoh à Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden. Tidak efektif à Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur. Efektif f. Kepaduan Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah. Contoh à Budi membicaran tentang pengalaman liburannya. Tidak efektif à Budi membicarak pengalaman liburannya. Efektif g. Kelogisan Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD. Contoh à Waktu dan tempat kami persilahkan! Tidak efektif à Bapak kepala sekolah kami persilahkan! Efektif Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya. Jenis Kesalahan Dalam Menyusun Kalimat 1. Pleonastis Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir berlebihan, yang sebenarnya tidak perlu. Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain à Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan. 2. Kontaminasi Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini à Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi. Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan. ü Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi. 3. Salah pemilihan kata Contoh à Saya mengetahui kalau ia kecewa. ü Saya mengetahui bahwa ia kecewa. 4. Salah nalar Contoh à Bola gagal masuk gawang. ü Bola tidak masuk gawang. 5. Pengaruh bahasa asing atau daerah interferensi o Bahasa asing à Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja. Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut “I live in Semarang where my mother works.” Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi ü Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja. o Bahasa daerah à Anak-anak sudah pada datang. Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi ü Anak-anak sudah datang. 6. Kata depan yang tidak perlu à Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru. Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi ü Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru. Beberapa Hal Yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Kata Menjadi Kurang Efektif 1. Kurang padunya kesatuan gagasan. Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut “Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.” Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan. 2. Kurang ekonomis pemakaian kata. Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya “ Cuaca hari ini sangat begitu panas” Penggalan Kalimat ini sangat tidak efektif karena kata “Begitu” pada kalimat ini sangatlah tidak perlu. Lebih baik kalimat tersebut menjadi “Cuaca hari ini sangat panas” 3. Kurang logis susunan gagasannya. Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut “Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.” Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut “Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.” 4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya. “Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.” Pemakaian kata bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengatakan. 5. Konstruksi yang bermakna ganda. Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda ambigu sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat “Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.” Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi “Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.” 6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat. Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif. “Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.” Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut “Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.” 7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar. Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga sejajar. Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar “Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis data.” Seharusnya “Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.” Cara Menulis Kalimat Efektif 1. Mengetahui Tujuan Tulisan Suatu tulisan dibuat pasti dengan tujuan tertentu, misal mendidik, membujuk, menyuruh, atau berbagi informasi. Bertanyalah pada diri sendiri apa yang ingin dicapai oleh tulisan kita? Dengan mengetahui tujuan tulisan, kita dapat menyusun kalimat-kalimat yang mendukung pencapaian tujuan tersebut. 2. Menentukan Gaya Penyampaian Gaya penyampaian tidak berarti mempermanis pesan yang pahit. Kita bisa menanggapi keluhan secara efektif dengan cara menghilangkan kemarahan si pengeluh “Kami memahami keluhan Anda. Kami meminta maaf atas ketidakpuasan Anda.” Kemudian sampaikan pendapat kita “Kami menerima semua keluhan pelanggan kami secara sungguh-sungguh dan mencoba untuk menangani penyebab keluhan tersebut”. Pesan yang kita disampaikan akan lebih efektif jika kita menyampaikannya secara profesional. 3. Menyampaikan Secara Positif Menyampaikan gagasan secara positif memudahkan pembaca menangkap pesan yang ingin kita sampaikan. Menyampaikan pesan secara negatif memancing tanggapan negatif pula. Contoh penyampaian secara negatif “Mustahil bagi saya untuk memenuhi tenggat waktu itu.” Alih-alih, sampaikan pesan secara positif, misal “Mari kita bahas jadwal dan tenggat waktu yang dapat kita tepati bersama.” 4. Mengukur Keluaran Keefektifan tulisan dapat diukur dari keluarannya. Bertanyalah pada diri sendiri bagaimana tanggapan pembaca terhadap pesan yang kita sampaikan? Jika tulisan kita efektif, pembaca akan memahami pesan yang kita sampaikan dan akan menjawab apa yang kita perlukan atau menerima penjelasan kita. Contoh, jika kita menulis tentang suatu produk terbaru dan kita menerima banyak permintaan akan penjelasan lebih lanjut, berarti tulisan kita tidak mampu mencapai tujuannya, yakni menjelaskan produk baru. 5. Mengenali Pembaca Pengenalan akan pembaca sasaran membantu kita membentuk tulisan. Pikirkan tentang siapa yang akan membaca tulisan kita, apa saja yang sudah mereka ketahui, dan bagaimana menyajikan gagasan secara efektif bagi mereka. Contoh, dalam suatu laporan internal perusahaan, kita bisa gunakan istilah atau singkatan yang telah dipahami para rekan kerja. Dalam surat kepada pelanggan baru, kita harus hindari istilah teknis dan sebaiknya menyertakan informasi tentang perusahaan kita. Kita menulis tidak untuk memuaskan diri kita, tetapi kita menulis untuk mencapai suatu tujuan. 6. Mempertimbangkan Konteks Kita sebaiknya tidak hanya mengenali pembaca tulisan kita, tetapi juga aras formalitas yang pantas. Beberapa tempat mengharuskan tulisan yang resmi profesional, sedangkan beberapa tempat lain mungkin mengijinkan tulisan yang lebih santai dengan gaya tak resmi. Ketika kita mewakili perusahaan kita, selalu sampaikan secara resmi, misal “Terimakasih Anda telah bersedia meluangkan waktu makan siang untuk membahas proposal kami.” Ketika menulis untuk keluarga atau kawan, kita mungkin tak perlu mengikuti sepenuhnya tata dan gaya bahasa, misal “Terimakasih untuk makan siang tadi! Senang bertemu denganmu.” ALINEA atau PARAGRAF Pengertian Paragraf / Alinea Paragraf disebut juga alinea. Kata tersebut merupakan serapan dari bahasa Inggris paragraph. Kata Inggris “paragraf” terbentuk dari kata Yunani para yang berarti “sebelum” dan grafein “menulis atau menggores”. Sedangkan kata alinea dari bahasa Belanda dengan ejaan yang sama. Alinea berarti “mulai dari baris baru” Adjad Sakri,1992. Paragraf atau alinea tidak dapat dipisah-pisahkan seperti sekarang, tetapi disambung menjadi satu. Menurut Lamuddin Finoza, paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan gabungan beberapa kalimat, sedangkan dalam bahasa Yunani, sebuah paragraf paragraphos, “menulis di samping” atau “tertulis di samping” adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Jadi, paragraf atau alinea adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru dan kalimat yang membentuk paragraf atau alinea harus memperlihatkan kesatuan pikiran. Selain itu, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf atau alinea harus saling berkaitan dan hanya membicarakan satu gagasan. Bila dalam sebuah paragraf atau alinea terdapat lebih dari satu gagasan, paragraf atau alinea itu tidak baik dan perlu dipecah menjadi lebih dari satu paragraf atau alinea. Pembagian Paragraf atau Alinea Ø Paragraf/Alinea Pembuka. Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menerik perhatian ini ialah dengna mengutip pertanyaan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka atau orang yang terkenal. Sebagai awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus mampu menjalankan fungsi a Menghantar pokok pembicaraan. b Menarik minat dan perhatian pembaca. c Menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan Ø Paragraf/Alinea Pengembangan Paragraf pengembangan ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Paragraf pengembangna mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Satu paragraf dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan dengan cara ekspositoris, dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentative yang akan dibicarakan pada halaman-halaman selanjutnya. Secara lebih rinci dapat dirumuskan bahwa fungsi paragraf pengembang di dalam karangan adalah a Mengemukakan inti persoalan. b Mempersiapkan dasar atau landasan bagi kesimpulan. c Meringkas alinea sebelumnya. d Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya. Ø Paragraf/Alinea Penutup Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya. Karena paragraf ini dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan, penyajiannya harus memperhatikan hal berikut ini a Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang. b Isi paragraf harus benar-benar merupakan penutup atau kesimpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian. c Sebagai bagian paling akhir yang dibaca, hendaknya paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya. Struktur atau Rangka Paragraf Paragraf pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama paragraf. Kalimat ini merupakan kalimat terpenting yang harus ada dalam setiap paragraf. Jika kalimat topik tidak ada dalam satu paragraf, berarti ide paragraf itu juga tidak ada. Adapun kalimat penjelas atau pendukung sesuai dengan namanya berfungsi mendukung atau menjelaskan ide utama yang terdapat di dalam kalimat topik. Ciri kalimat topik dan kalimat penjelas adalah sebagai berikut. Ciri kalimat topik 1. Mengandung permasalahn yang potensial untukdirinci dsn diuraikan lebih lanjut. 2. Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri. 3. Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf. 4. Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung atau penghubung/transisi. Ciri kalimat penjelas 1. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi arti. Arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf. 2. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung/transisi. 3. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh dan data tambahan lain yang bersifat memperjelas mendukung kalimat topik. Posisi Kalimat Topik Paragraf atau Alinea ü Pada Awal Paragraf Deduktif Kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal paragraf sehingga paragraf bersifat deduktif, yaitu cara penguraian yang menjadikan pokok permasalahan lebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf urutan umum-khusus. ü Akhir Paragraf Induktif Kalimat pokok yang ditempatkan pada akhir paragraf akan membentuk paragraf induktif, yaitu cara penguraian yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan urutan khusus-umum. Penyajian paragraf dengan cara ini lebih sulit jika dibandingakan dengan paragraf deduktif, tetapi paragrafnya akan terasa lebih argumentatif. ü Pada awal dan akhir paragraf/alinea Kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf/ alinea sehingga terbentuk paragraf/alinea campuran. Kalimat pada akhir paragraf/alinea akan lebih bersifat pengulangan atau penegasan kembali gagasan utama paragraf/alinea yang terdapat pada awal paragraf/alinea. ü Pada seluruh paragraf/alinea Seluruh kalimat yang membangun paragraf/alinea sama pentingnya sehingga tidak satu pun kalimat khusus menjadi kalimat topik. Kondisi demikian bisa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topik karena kalimat yang satu dengan yang lain sama-sama penting. Paragraf/alinea semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan naratif. BAB III KESIMPULAN Bayangkan jika kita tidak dapat membedakan pilihan kata yang tepat untuk digunakan di kondisi tertentu, apakah akan menghasilkan tutur kalimat yang baik? Jawabanya sudah pasti tidak. Jadi, kepentingan kita memahami suatu pilihan kata atau diksi tidak bisa ditinggalkan. Dalam suatu kalimat diksi, terkadang terdapat suatu susunan kalimat yang bisa kita sebut kalimat efektif. Kalimat efektif membuat kita bisa menggunakan suatu kata untuk kalimat seperlunya saja. Tidak menimbulkan efek ambigu, salah satu fungsi adanya kalimat efektif. Suatu kalimat yang efektif harus memiliki makna dan arti sendiri. Itu mengapa ada yang namanya Paragraf atau Alinea. Paragraf adalah suatu kalimat dalam baris yang memiliki arti tertentu di setiap kalimat nya. Paragraf memiliki kerangka atau strukturnya tersendiri agar si pembaca dapat memahami jalan cerita pada suatu kalimat. Itu mengapa sangat penting bagi kita untuk memahami penempatan kalimat pembuka, kalimat klimaks, dan kalimat penutup pada suatu paragraph.
Olehsebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya.
Tanggapan terhadap isi buku fiksi dilakukan dengan mengomentari unsur-unsur dari buku fiksi tersebut. Adapun unsur-unsur buku fiksi yang dapat dikomentari antara lain sampul buku, rincian subbab buku, tokoh dan penokohan, tema cerita, bahasa yang digunakan, penyajian alur cerita, dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. Dalam menyajikan tanggapan terhadap isi buku fiksi dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan terhadap unsur-unsur buku tersebut dan jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dibangun menjadi komentar terhadap isi buku. Adapun contoh pertanyaannya seperti Bagaimana judul dan tema dikembangkan?Apakah ada keunikan dalam pengembangan judul dan tema? Bagaimana pengarah mengembangkan latar cerita? Bagaimana pengarang mengembangkan tokoh dan watak tokoh? Bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang? Apakah kalimat-kalimat yang digunakan pengarang memiliki keunikan dan kekuataan dalam membangun cerita? Dengan demikian, tanggapan terhadap isi buku fiksi dilakukan dengan mengomentari unsur-unsur dari buku fiksi tersebut.
. 423 192 335 403 448 41 154 211

bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang